BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kehamilan dan
persalinan akan menimbulkan perubahan yang luas terhadap sebagian
besar pada fisiologi organ-organ tubuh sehubungan dengan rahim yang
membesar bersama dengan tuanya kehamilan sehingga rongga dada menjadi
sempit dan gerakan paru akan terbatas untuk mengambil O2 selama
pernapasan, ini akan mengakibatkan gangguan pernapasan yaitu Asma.
Dalam penatalaksanaannya pun juga akan berbeda antara Asma dalam
kehamilan dan persalinan dengan asma pada wanita yang tidak sedang
hamil atau bersalin.
Penyulit
kehamilan dan persalinan khususnya ibu hamil/bersalin dengan asma
inilah yang akan kami angkat sebagai judul dari makalah kami yaitu
”Kehamilan dengan Penyulit Asma Bronkial”.
- Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
- Apa pengertian dari Asma?
- Apa etiologi dari Asma?
- Bagaimana tanda dan gejala dari Asma.
- Bagaimana Patofisiologi dari Asma?
- Bagaimana cara menentukan diagnosa pada Asma ?
- Bagaimana cara penatalaksanaan Asma pada kehamilan ?
- Bagaimana pencegahan Asma ?
- Tujuan
- Tujuan Umum.
Agar mahasiswa
mempu mendeteksi dini penyulit. Penyulit
kehamilan terutama pada kehamilan dan persalinan yang disertai oleh
Asma.
- Tujuan khusus
- Untuk mengetahui pengertian dari Asma.
- Untuk mengetahui etiologi dari Asma.
- Untnuk mengetahui patofiologi dari Asma.
- Untuk mengetahui klasifikasi dari Asma.
- Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asma.
- Untuk mengetahui cara menentukan diagnosa pada Asma.
- Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Asma pada kehamilan.
- Untuk mengetahui pencegahan terhadap Asma.
- Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan ibu hamil dengan Asma.
BAB II
PEMBAHASAN
- Definisi
Asma adalah kondisi berulang
dimana rangsangan tertentu mencetuskan saluran pernafasan menyempit
untuk sementara waktu sehingga membuat kesulitan bernafas. Meskipun
asma dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi pada
anak-anak, terutama sekali pada anak mulai usia 5 tahun. Beberapa
anak menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat
disembuhkan. Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter
tidak yakin akan hal ini, meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6
% anak-anak terdiagnosa menderita asma, 75 % meningkat pada
akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara populasi anak
di kota.
Beberapa orang
ilmuan memberikan definisi tentang asma , antara lain : Asma
adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang
lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asma adalah gangguan pada
jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang
reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma adalah penyakit jalan nafas
obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berespon
secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne :
2001). Dari ketiga pendapat tersebut dapat diketahui bahwa asma
adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
- Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif
jalan nafas reversibel yang disebabkan oleh :
- Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
- Pembengkakan membran bronkus.
- Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.
Ada beberapa hal yang merupakan
faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma
bronkhial.
- Faktor predisposisi.
- Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahuibagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
- Faktor Presipitasi (Pencetus)
- Alergen.
Dimana alergen
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
- Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-obatan.
- Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan
- Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan
yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk
bunga dan debu.
- Stress.
Stress atau
gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress
atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala
asmanya belum bisa diobati.
- Lingkungan kerja .
Mempunyai hubungan langsung
dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan
dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
- Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma
akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh
raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.
- Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi
spastic
dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab
yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi
diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi
alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody
ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen
maka antibody
Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient),
factor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi
mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus
lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Pencetus
:
•
Allergen
•
Olahraga
•
Cuaca
•
Emosi
Imun
respon
menjadi
aktif
Pelepasan
mediator
humoral
•
Histamine
•
SRS-A
•
Serotonin
•
Kinin
•
Bronkospasme
•
Edema mukosa
•
Sekresi meningkat
•
Inflamasi
Penghambat
kortikosteroid
→ → →
↑
- Klasifikasi
Berkaitan dengan gangguan saluran
pernapasan yang berupa peradangan dan bronkokonstriksi, beberapa ahli
membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak
dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
- Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk
asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi
penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa
pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat. Kecenderungan alergi ini
adalah “kelemahan keturunan”. Setiap orang dari lahir memiliki
sistem imunitas alami yang melindungi tubuhnya terhadap serangan dari
luar. Sistem ini bekerja dengan memproduksi antibodi.
Pada saat datang serangan,
misalnya dari virus yang memasuki tubuh, sistem ini akan menghimpun
antibodi untuk menghadapi dan berusaha menumpas sang penyerang. Dalam
proses mempertahankan diri ini, gejala-gejala permukaan yang mudah
tampak adalah naiknya temperatur tubuh, demam, perubahan warna kulit
hingga timbul bercak-bercak, jaringan-jaringan tertentu memproduksi
lendir, dan sebagainya (Hadibroto & Alam, 2006).
- Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif
terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan
oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembapan
dan suhu tubuh. Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya
kondisi ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat
kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan
radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan
lansia juga mudah terkena asma intrinsik. Penderita asma jenis ini
kebanyakan berusia di atas 30 tahun (Hadibroto & Alam, 2006).
Namun penting dicatat, bahwa
dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak
selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang
diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik
bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.
Klasifikasi tingkat penyakit asma
dapat dibagi berdasarkan frekuensi kemunculan gejala (Hadibroto &
Alam, 2006).
- Intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan. Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.
- Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma malam lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru realatif menurun.
- Persisten sedang, yaitu asma terjadi setiap hari dan serangan sudah mengganggu aktivitas, serta terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1-2 kali seminggu. Gejala asma malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.
- Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan sering terjadi. Gejala asma malam terjadi hampir setiap malam. Akibatnya faal paru sangat menurun.
Klasifikasi tingkat penyakit asma
berdasarkan berat ringannya gejala (Hadibroto & Alam, 2006).
- Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80%.
- Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak nyaring, batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.
- Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan duduk agar dapat bernapas, APE kurang dari 50%.
- Manifestasi Klinis
Manifestasi
Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspnea,
dari wheezing.
Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada
penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam,
gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak
otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa
tingkatan penderita asma yaitu :
- Tingkat I
Secara klinis
normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila
ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
- Tingkat II
Tanpa keluhan
dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya
tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
- Tingkat III
Tanpa
keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak
diteruskan mudah diserang kembali.
- Tingkat IV
Klien mengeluh
batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
- Tingkat V
Status
asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas
yang reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :
Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis,
gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
- Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan
sputum dilakukan untuk melihat adanya :
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
- Crede yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
- Pemeriksaan darah
- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas 15000 / mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
- Pemeriksaan Radiologi
Gambaran
radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen
yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma
yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut :
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak dihilus akan bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltratepada paru.
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi penuomonia mediastinum, pneuomotoraks dan penuomoperi kardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
- Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan
untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
- Elektrokardiografi
Gambaran
elektrokardiografi yang terjaid selama serangan dapat dibagi menjadi
3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema
paru, yaitu :
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right Bundle Branch Block).
- Tanda – tanda hipoksemia, yakni sinus tachycardia, SVES dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
- Scanning Paru
Dengan scaning
paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
- Spirometri
Untuk
menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan
dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan
sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer)
golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari
20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidka saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk berat
obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi
- USG
Ibu hamil
penderita asma sebaiknya rajin memeriksakan janinnya sejak awal.
Pemeriksaan denga USG dilakukan sejak usia kehamilan 12 – 20 minggu
untuk mengetahui pertumbuhan janin. USG dapat diulang pada TM II dan
TM III terutama bila derajat asmanya berada pada tingkat sedang –
berat
- Electronic Fetal Heart rate Monitoring
Untuk
memeriksa detak jantung janin
- Penatalaksanaan Medis
Prinsip umum dalam pengobatan
pada asma bronhiale :
- Menghilangkan obstruksi jalan nafas.
- Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
- Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.
Pengobatan
pada asma bronkhial terbagi 2 , yaitu :
- Pengobatan non Farmakologik.
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 bila perlu
- Pengobatan Farmakologi
- Bronkodilator yang melebarkan saluran nafas.
- Seperti aminofilin atau kortikosteroid inhalasi atau oral pada serangan asma ringan. Obat antiasma umumnya tidak berpengaruh negatife terhadap janin kecuali adrenalin.
- Adrenalin mempengaruhi pertumbuhan janin karena penyempitan pembuluh daraj ke janin yang dapat mengganggu oksigenasi pada janin tersebut.
- Aminofilin dapat menyebabkan penurunan kontraksi uterus.
- Menangani serangan asma akut (sama dengan wanita tidak hamil), yaitu :
- Memberikan cairan intravena.
- Mengencerkan cairan sekresi di paru.
- Memberikan oksigen (setelah pengukuran PO2, PCO2) sehingga tercapai PO2 lebih 60 mmHG dengan kejenuhan 95% oksigen atau normal.
- Cek fungsi paru.
- Cek janin.
- Memberikan obat kortikosteroid.
- Menangani status asmatikus dengan gagal nafas.
- Secepatnya melakukan intubasi bila tidak terjadi perubahan setelah pengobatan intensif selama 30 – 60 menit.
- Memberikan antibiotik saat menduga terjadi infeksi.
- Mengupayakan persalinan.
- Persalinan spontan dilakukan saat pasien tidak berada dalam serangan
- Melakukan ekstraksi vakum atau forseps saat pasien berada dalam serangan
- Seksio sesarea atas indikasi asma jarang atau tidak pernah dilakukan.
- Meneruskan pengobatan reguler asma selama proses kelahiran.
- Jangan memberikan analgesik yang mengandung histamin tetapi pilihlah morfin atau analgesik epidural.
- Hati-hati pada tindakan intubasi dan penggunaan prostagladin E2 karena dapat menyebabkan bronkospasme.
- Memilih obat yang tidak mempengaruhi air susu.
- Aminofilin dapat terkandung dalam air susu sehingga bayi akan mengalami gangguan pencernaan, gelisah dan gangguan tidur.
- Obat antiasma lainnya dan kortikosteroid umumnya tidak berbahaya karena kadarnya dalam air susu sangat kecil.
- Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
- Keguguran.
- Persalinan prematur.
- Pertumubhan janin terhambat.
- Kompensasi yang terjadi pada fetus adalah :
- Menurunnya aliran darah pada uterus.
- Menurunnya venous return ibu.
- Kurva dissosiasi oksihemoglobin bergeser ke kiri.
Sedangkan pada
ibu yang hipoksemia, respon fetus yang terjadi :
- Menurunnya aliran darah ke pusat.
- Meningkatnya resistensi pembuluh darah paru dan sistemik.
- Menurunnya cardiac output.
Perlu
diperhatikan efek samping pemberian obat-obatan asma terhadap fetus,
walaupun tidak ada bukti bahwa pemakaian obat – obat anti asma akan
membahayakan asma.
- Hal-Hal Untuk Mencegah Agar Tidak Terjadi Serangan Asma Selama Hamil
- Jangan merokok.
- Kenali faktor pencetus.
- Hindari flu, batuk, pilek atau infeksi saluran nafas lainnya. Kalu tubuh terkena flu segera obati. Jangan tunda pengobatan kalu ingin asma kambuh.
- Bila tetap mendapat serangan asma, segera berobat untuk menghindari terjadinya kekurangan oksigen pada janin.
- Hanya makan obat-obatan yang dianjurkan dokter.
- Hindari faktor risiko lain selama kehamilan.
- Jangan memelihara kucing atau hewan berbulu lainnya.
- Pilih tempat tinggal yang jauh dari faktor polusi, juga hindari lingkungan dalam rumah dari perabotan yang membuat alergi. Seperti bulu karpet, bulu kapuk, asap rokok, dan debu yang menempel di alat-alat rumah tangga.
- Hindari stress dan ciptakan lingkungan psikologis yang tenang.
- Sering – sering melakukan rileksasi dan mengatur pernafasan.
- Lakukan olahraga atau senam asma, agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan terhadap faktor pencetus.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Asma Bronchial adalah suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
- Saran
Sebaiknya ibu hamil menjaga pola
hidup sehat dengan cara olahraga teratur, aktivitas tidak terlalu
berat, jangan banyak pikiran dan menjaga pola makan yang sehat agar
tidak menderita penyakit asma.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Brownes . 1980 . Antenatal
Care . The English and
Language Book Society and J& A Churcill
Doenges, EM. 2000. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Guyton, C
Arthur . 1997 .
Fisiologi Kedokteran
. Jakarta: EGC
Hudack&gallo.1997.
Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta : EGC.
Liewellyn
Derek – Jonbes . 2001 . Dasar-dasar
Obstetri dan Gynekologi
. Jakarta : Hipokrates
Mansjoer,
Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
edisi ketiga Jilid I. Jakarta : Media
Aesculapius FKUI.
Manuaba Ida
Bagus Gde . 1998 . Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan dan keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan .
Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam . 1998 . Sinopsis
Obstetri Jilid I .
Jakarta : EGC
Prawirohardjo,
Sarwono . 2005 . Ilmu
Kebidanan
. Jakarta : YBP – SP
Price, SA. 1996. Patofisiologi
Konsep Klinis Proses Penyakit Volume 1. Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul Bari . 2002 .
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal .
Jakarta : JNPKKR – POGI
Smeltzer, SC., Bare B.G. 2002.
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Alih Bahasa :
Monica Ester. Jakarta : EGC
Sundaru, Heru. 2001. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Jakarta :
BalaiPenerbit FKUI.
Taber Ben-Zion M D . 1994 .
Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi . Jakarta : EGC
Internet
No comments:
Post a Comment